Tentang Indonesian Dream
​
Indonesian Dream adalah suatu kampanye sosial untuk merevitalisasi dan merealisasikan Pancasila sebagai cita-cita manusia dan bangsa Indonesia.
​
Pancasila sebagai cita-cita manusia dan bangsa Indonesia cenderung sudah luntur dewasa ini. Salah satu penyebabnya, dari enam penyebab yang dibahas dalam buku INDONESIAN DREAM: Revitalisasi dan Realisasi Pancasila sebagai Cita-cita Bangsa, adalah kecenderungan Pancasila hanya sebagai "wasit" untuk menengahi perdebatan antara kelompok yang mau menjadikan Indonesia negara agama vs yang mempertahankan persatuan Indonesia. Bila kelompok yang pertama cenderung menawarkan politik identitas, kelompok kedua cenderung menawarkan slogan, seperti “NKRI harga mati!” atau “I love Pancasila”. Ini membuat Pancasila menjadi statis, persatuan yang berkembang pun cenderung masih semu, sila-sila lainnya dari Pancasila menjadi seperti terisolasi, dan Pancasila menjadi kurang menyentuh pribadi-pribadi manusia Indonesia.
​
Akhirnya, kita mengalami kekosongan narasi dan pegangan tentang identitas kita sebagai individu dan bangsa Indonesia. Revitalisasi narasi ini, yang diinspirasikan dan digali kembali dari isi pidato Ir. Soekarno dalam Sidang Umum BPPKI pada 1 Juni 1945, sifatnya menyentuh kepribadian masing-masing manusia Indonesia yang adalah justru entitas yang membangun bangsa Indonesia, salah satu pemahaman yang juga agak keliru dewasa ini. Jadi Indonesian Dream menekankan paradigma manusia membangun bangsa, bukan bangsa membangun manusia.
​
Kampanye ini akan menerbitkan buku, artikel, dan berbagai publikasi lainnya untuk menawarkan narasi Indonesian Dream sebagai upaya revitalisasi dan realisasi Pancasila sebagai cita-cita bangsa ke khalayak umum. Di samping itu, kampanye ini juga akan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan khalayak umum di seluruh Indonesia, baik dalam bentuk forum diskusi, seminar, blusukan, dan bentuk-bentuk pertemuan lainnya. Berbagai pelatihan dan pendidikan tentang topik-topik terkait revitalisasi dan realisasi Pancasila sebagai cita-cita bangsa, baik di dalam maupun di luar negeri, juga akan dilakukan.
​
Apakah Indonesian Dream?
​
Kampanye narasi tentang Pancasila ini tidak hanya dimaksudkan untuk merevitalisasi Pancasila; lebih daripada itu, itu ditujukan untuk mencapai cita-cita Indonesia seperti termaktub dalam Pancasila, yaitu menjadi manusia dan bangsa yang berdaulat. Betul bahwa kata “berdaulat” yang sudah terlalu banyak digunakan dalam wacana di Indonesia dewasa ini sehingga maknanya cenderung hilang atau kabur. Karena itu, lewat berbagai referensi sejarah dan literatur, kami definisikan “manusia-manusia Indonesia yang berdaulat” manusia-manusia yang memiliki kemerdekaan; mengakui keberadaan dan hak asasinya adalah pemberian Sang Pencipta; memiliki kemampuan untuk lebih independen dalam hidupnya; memiliki kemampuan untuk menciptakan kesempatan kepada dirinya dan orang lain untuk menikmati hidup yang lebih baik; dan memiliki kesadaran dan kemauan bertindak adil dan sosial pada dirinya dan orang lain.
​
Jadi kata “berdaulat” di sini memiliki tiga komponen, yakni merdeka, berkeadilan, dan berpengetahuan.
​
Manusia-manusia yang berdaulat menghasilkan bangsa dan negara yang berdaulat. Mustahil membangun bangsa dan negara yang berdaulat apabila warga dan rakyatnya tidak memiliki kemerdekaan, tidak memiliki kemampuan untuk lebih independen dalam hidupnya, tidak memiliki memiliki kemampuan untuk menciptakan kesempatan kepada dirinya dan orang lain untuk menikmati hidup yang lebih baik, dan tidak memiliki kesadaran dan kemauan bertindak adil dan sosial pada dirinya dan orang lain. Dengan kata lain, tidak mungkin bisa mewujudkan bangsa dan negara yang berdaulat apabila rakyatnya tidak berdaulat.
​
Itulah Indonesian Dream, Impian atau Cita-cita Indonesia. Adakah manusia yang tidak bercita-cita menjadi tidak berdaulat? Kami yakin tidak. Karena itu, cita-cita inilah yang dapat mempersatukan kita sebagai manusia dan bangsa Indonesia.
​
Mewujudkan Indonesian Dream
​
Dalam kaitan ini, kita memerlukan sedikitnya tiga modal esensial, yaitu modal spiritual (spiritual capital), modal sosial (social capital), dan modal manusia (human capital). Ketiga modal ini terkandung (embodied) di dalam manusia—kekayaan utama kita sebagai individu dan bangsa. Jadi secara potensial kita kaya akan ketiga modal tersebut. Secara aktual, kita masih relatif miskin.
​
Itulah sebabnya, selain pemahaman akan Pancasila sebagai cita-cita bangsa, yang sudah sudah luntur, upaya-upaya kita membangun Indonesia juga jadi semacam kehilangan filosopi atau prinsip dasar. Adanya pemahaman yang jelas akan prinsip dasar tersebut serta adanya penjiwaan akan semangatnya akan menuntun setiap insan Indonesia untuk bekerja keras dan bekerjasama dengan entusias terlepas latar belakang mereka (apakah rakyat, pemerintah, politisi, pengusaha; apakah Muslim, Kristen, Budha, Hindu, dan pemeluk agama dan kepercayaan lainnya; apakah Suku Jawa, Sunda, Batak, dan semua suku di Indonesia; apakah warga Indonesia pribumi atau ras apapun; dan lain sebagainya).
​
Salam Indonesia Dream.
​